LAPORAN
PRAKTIKUM
PENGINDRAAN
JAUH
ACARA
I
MEMBANGUN KUNCI INTERPRETASI UNTUK
BEBERAPA JENIS PENUTUP LAHAN ATAU PENGGUNAAN LAHAN
Dsusun oleh: Dibina oleh:
Nurlaela Bapak Alfi Nur Rosydi
120721403798 -
PENDIDIKAN
GEOGRAFI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
Oktober
2014
A. Judul:
Membangun Kunci Interpretasi Untuk Beberapa Jenis Penutup Lahan
Atau Penggunaan Lahan
B.
Tujuan:
Melatih
mahasiswa untuk dapat membangun kunci interpretasi berdasarkan observasi
lapangan dan kenampakan pada foto udara sekaligus
C.
Alat dan Bahan:
1. Foto
udara pankromatik
2. Lembar
transparansi
3. Spidol
OHP warna hitam, biru, dan merah
4. Mistar
5. ATK
D.
Dasar Teori
Istilah penggunaan lahan (land use), berbeda dengan istilah
penutup lahan (land cover). Penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis
kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam memanfaatkan
lahan, sedangkan penutup lahan mencakup segala jenis kenampakan yang ada di
permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu. Penggunaan lahan merupakan aspek penting karena
penggunaan lahan mencerminkan tingkat peradaban manusia yang menghuninya (Rizki
Oktaviani).
Townshend dan
Justice (1981) juga memiliki pendapat mengenai penutupan lahan, yaitu penutupan
lahan adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan
unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan
manusia terhadap obyek tersebut. Sedangkan Barret dan Curtis, tahun 1982,
mengatakan bahwa permukaan bumi sebagian terdiri dari kenampakan alamiah
(penutupan lahan) seperti vegetasi, salju, dan lain sebagainya. Dan sebagian
lagi berupa kenampakan hasil aktivitas manusia (penggunaan lahan).
Interpretasi penggunaan
lahan dari foto udara ini dimaksudkan untuk memudahkan deliniasi. Untuk dapat
mempercepat hasil inventarisasi dengan hasil yang cukup baik, digunakan pemanfaatan data penginderaan jauh, karena dari data
penginderaan jauh memungkinkan diperoleh informasi tentang penggunaan lahan
secara rinci.selain itu, adanya
perrubahan pemanfaatan lahan kota yang cepat dapat pula dimonitor dari data
penginderaan jauh.
Penggunaan lahan
mencerminkan sejauh mana usaha atau campur tangan manusia dalam
memanfaatkan dan mengelola lingkungannya. Data penggunaan/tutupan lahan ini
dapat disadap dari foto udara secara relatif mudah, dan perubahannya dapat
diketahui dari foto udara multitemporal. Teknik interpretasi foto udara
termasuk di dalam sistem penginderaan jauh. (Lillesand dan Kiefer, 1997).
Interpretasi citra
merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk
menidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut (Estes dan
Simonett, 1975). Interpretasi citra dan fotogametri berhubungan sangat erat,
meskipun keduanya tidaklah sama. Bedanya fotogametri berkepentingan dengan
geometri obyek, sedangkan interpretasi citra berurusan dengan manfaat,
penggunaan, asal-usul, ataupun identitas obyek yang bersangkutan (Glossary of
the Mapping Sciences, 1994).
Proses
di dalam interpretasi citra, penafsir citra mengkaji citra sekaligus berupaya
melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti
pentingnya obyek yang tergambar pada citra. Sehingga penafsir citra berupaya
untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra dan menterjemahkannya ke dalam
disiplin ilmu tertentu seperti geologi, geografi, ekologi, dan disiplin ilmu lainnya
(Sutanto, 1986).
Rangkaian
kegiatan yang diperlukan di dalam pengenalan obyek yang tergambar pada citra
yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis....(Lintz Jr. dan Simonett,1976). Deteksi
berarti penentuan ada atau tidak adanya sesuatu obyek pada citra. Ia merupakan
tahap awal dalam interpretasi citra. Keterangan yang didapat pada tahap deteksi
bersfat global. Keterangan yang didapat pada tahap interpretasi selanjutnya,
yaitu pada tahap identifikasi, bersifat setengah rinci. Keterangan rinci diperoleh
dari tahap akhir interpretasi, yaitu tahap analisis (Lintz dan Simonett, 1976).
Pengenalan
obyek adalah bagian penting dalam upaya untuk menginterpretasikan citra. Tidak
mungkin dilakukan analisis memecahkan masalah yang sedang dihadapi, jika tidak
mengenali identitas dan jenis obyek yang tergambar pada citra. Prinsip
pengenalan obyek pada citra mendasarkan atas penyidikan karakteristiknya atau
atributnya pada citra. Karakteristik obyek yang tergambar pada citra dan
digunakan untuk mengenali obyek disebut
unsur interpretasi citra (Sutanto, 1986).
Menurut
Sutanto (1986), karakteristik penting dari obyek pada citra yang digunakan
sebagai interpretasi citra terdiri dari delapan unsur. Kedelapan unsur tersebut
ialah warna (color)/rona (tone), bentuk (shape), ukuran (size),
bayangan (shadow), tekstur (texture), pola (pattern), situs (site),
dan asosiasi (association). Di antara
kedelapan unsur tersebut, warna/rona merupakan hal yang paling dominan, dan
langsung mempengaruhi pengguna citra dalam memulai interpretasi. Sebenarnya,
seluruh unsur interpretasi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenjang
dalam piramida unsur-unsur interpretasi. Jenjang paling bawah terdapat
unsur-unsur elementer yang dengan mudah dapat langsung dikenali pada citra,
yaitu warna/rona, bentuk, dan bayangan. Pada jenjang berikutnya terdapat
unsur-unsur yang membutuhkan pemahaman lebih mendalam tentang konfigurasi obyek
dalam ruang, yaitu ukuran, tekstur dan pola. Sementara pada jenjang paling atas
merupakan unsur-unsur pengenal utama dan seringkali menjadi faktor kunci dalam
interpretasi, namun sekaligus paling sulit dideskripsikan, yaitu situs dan
asosiasi.
Latihan
di laboratorium dan lapangan sekaligus, sangat diperlukan untuk dapat membangun
pemahaman tentang unsur-unsur interpretasi secara utuh dan lengkap. Observasi
lapangan dengan panduan foto akan dapat membantu calon-calon penafsir untuk
dapat memahami arti setiap unsur interpretasi dan kenyataan kenampakannya di
lapangan. Melalui latihan lapangan secara langsung, akan dapat diketahui
unsur-unsur interpretasi apa saja yang paling berperan dalam membentuk kunci
interpretasi. Kunci intepretasi adalah karakteristik atau kombinasi
karakteristik (dalam hal ini diwakili oleh unsur-unsur interpretasi) yang
memungkinkan suatu obyek pada citra dapat dikenali (Sabins, 1997).
Foto pankromatik adalah citra foto dari udara
yang dibuat dengan menggunakan seluruh spectrum tampak mata mulai dari warna
merah hingga ungu. Foto udara ini sering disebut foto udara konvensional. Ciri
foto pankromatik adalah pada warna objek sama dengan kesamaan mata manusia,
sehingga baik untuk mendeteksi pencemaran air, kerusakan banjir, penyebarab air
tanah, dan air permukaan.
Pada foto pankromatik, rona pada objek serupa
dengan warna objek aslinya, karena kepekaan film sama dengan kepekaan mata
manusia, resolusi spasialnya halus, stabilitas dimensional tinggi, dan foto
pankromatik hitam putih telah lama dikembangkan sehingga orang telah terbiasa
menggunakannya.
E.
Cara Kerja
1. Siapkan
alat dan bahan
2. Deteksi
objek yang terekam pada citra foto udara pankromatik
3. Identifikasi
objek berdasarkan ciri-ciri spectral, spasial, dan temporal
4. Klasifikasi
objek yang tampak pada citra berdasarkan pengetahuan
5. Analisis
objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama
6. Dedukasi
objek pada citra kearah yang lebih khusus
7. Kategorikan
peta sesuai dengan jenisnya (penutup lahan dan penggunaan lahan masing-masing
10 objek)
8. Sajikan
data hasil interpretasi citra kedalam bentuk peta yang siap pakai
Langkah-langkah
penggambaran peta siap pakai:
a.
Tempel lembar transparansi
pada citra foto udara pankromatik
b.
Tarik garis tepi untuk
menggambar sisi peta menggunakan spidol OHP warna hitam dilembar transparansi
c.
Gambar jalan menggunakan
spidol OHP warna merah dilembar transparansi
d.
Gambar sungai menggunakan
spidol OHP warna biru dilembar transparansi
e.
Identifikasi jenis penutup
lahan dan penggunaan lahan kemudian gambar menggunkan spidol OHP warna hitam
dilembar transparansi
f.
Tambahkan keterangan berupa
judul, skala, orientasi, legenda, sumber, identitas mahasiswa pembuat peta,
jurusan, universitas, dan tahun pembuatan peta dilembar transparansi
9. Membuat
laporan praktikum
F.
Hasil Praktikum
1. Peta
tentative penutup lahan (terlampir)
2. Peta
tentative penggunaan lahan (terlampir)
G.
Pembahasan
Praktikum kali ini membicarakan tentang
interpretasi penutup lahan dan penggunaan lahan secara monoskopis yaitu tanpa
bantuan alat dan hanya menggunakan mata. Foto udara yang gunakan dalam
praktikum kali ini adalah foto udara pankromatik
hitam putih JATIM/BAKO/01-08-93 dengan skala 1: 50.000 dan No
peta 67.
Interpretasi citra adalah suatu kegiatan untuk
menetukan bentuk dan sifat obyek yang nampak pada citra berikut deskripsinya.
Terdapat delapan unsur interpretasi yang digunakan secara konvergen yang digunakan
mengenali obyek yang ada pada citra. Kedelapan unsure tersebut meliputi warna
atau rona, bentuk, ukuran, bayangan , tekstur, pola, situs, dan asosiasi.
Berikut Jabaran Analisis
Peta Tentative:
1. Penutup
Lahan
Hasil
pengamatan berupa deliniasi
penutup lahan (peta tentatif penutup lahan) foto udara pankromatik hitam putih JATIM/BAKO/01-08-93 dengan skala 1: 50.000 dan No
peta 67.
Pada
foto udara pankromatik hitam putih yang di deliniasi tersebut, berdasarkan
klasifikasi penutup lahan
menghasilkan kenampakan penutup lahan berupa:
a. Jalan
Raya
Jalan
raya tampak sebagai garis-garis yang menghubungkan daerah penutup lahan satu dengan penutup lahan yang lainnya. Kenampakan
jalan raya pada foto pankromatik hitam putih terletak
di antara lahan terbangun. Dalam foto udara ini jalan
tampak memanjang melewati lahan terbangun, sungai, dan vegetasi. Jalan raya di peta tentative
penutup lahan ditandai dengan garis berwarna merah.
b. Sungai
Pada
foto udara sungai tampak seperti garis yang berkelok-kelok dan mengalir dari
tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Selain
itu dari foto pankromatik tersebut sungai dapat dicirikan karena arus mengalir
menuju laut. Sungai dipeta tentative penutup lahan ditandai dengan garis
berwarna biru.
c. Vegetasi
Kerapatan Sedang
Pada
foto udara pankromatik hitam putih yang diinterpretasi, terlihat beberapa
kenampakan area vegetasi kerapatan sedang karena diarea ini memiliki rona agak
gelap. Vegetasi kerapatan sedang dipeta tentative penutup lahan ditandai dengan
kode VKS (Vegetasi Kerapatan Sedang).
d. Vegetasi
Kerapatan Rendah
Pada
foto udara pankromatik hitam putih yang diinterpretasi, terlihat beberapa
kenampakan area vegetasi kerapatan rendah karena diarea ini memiliki rona cerah.
Vegetasi kerapatan rendah dipeta tentative penutup lahan ditandai dengan kode
VKR (Vegetasi Kerapatan Rendah).
e. Lahan
Kosong
Pada
foto udara pankromatik hitam putih yang diinterpretasi, terlihat beberapa
kenampakan lahan kosong karena memiliki rona yang cerah tanpa adanya
garis-garis yang menandakan itu sebuah vegetasi. Lahan kosong dipeta tentative
penutup lahan ditandai dengan kode LK
(Lahan Kosong).
f. Lahan
Terbangun
Pada
foto udara pankromatik hitam putih yang diinterpretasi, terlihat beberapa
kenampakan lahan terbangun karena pada area ini tekstur yang tampak agak kasar
dengan rona yang agak gelap. Lahan terbangun ini dapat berupa pemukiman,
gedung-gedung sekolah dan pabrik, landasan pacu, tambak garam, keramba,
lapangan, dll. Latan terbangun dipeta tentative penutup lahan ditandai dengan
kode LT (Lahan Terbangun).
Berikut table pengamatan
penutup lahan:
Kunci Interpretasi Citra
Penutup Lahan
|
Jalan
|
Sungai
|
Vegetasi Kerapatan
|
Lahan Kosong
|
Lahan Terbangun
|
Sedang
|
Rendah
|
Penghubung
antar daerah penutup lahan
|
Garis
yang berkelok-kelok
|
Rona
agak gelap
|
Rona
cerah
|
Rona
cerah
|
Rona cerah-gelap
|
Memanjang
melewati lahan terbangun
|
Arus mengalir menuju ke laut
|
Tekstur
agak kasar
|
Tekstur
halus
|
Tekstur
halus
|
Tekstur
halus-agak kasar
|
2. Penggunaan
Lahan
Hasil
pengamatan berupa deliniasi
penggunaan lahan (peta tentatif penggunaan lahan) foto udara pankromatik hitam putih JATIM/BAKO/01-08-93 dengan skala 1: 50.000 dan No
peta 67.
Pada
foto udara pankromatik hitam putih yang di deliniasi tersebut, berdasarkan
klasifikasi penggunaan lahan
menghasilkan kenampakan penggunaan lahan berupa:
a. Jalan
Raya
Jalan
raya tampak sebagai garis-garis yang menghubungkan daerah penggunaan lahan satu
dengan penggunaan lahan yang lainnya. Kenampakan jalan raya pada
foto pankromatik hitam putih terletak di antara
wilayah permukiman. Dalam
foto udara ini jalan tampak memanjang melewati permukiman dan
sawah hingga menuju ke lapangan terbang. Jalan
raya di peta tentative penutup lahan ditandai dengan garis berwarna merah.
b. Sungai
Pada
foto udara sungai tampak seperti garis yang berkelok-kelok dan mengalir dari
tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Selain
itu dari foto pankromatik tersebut sungai dapat dicirikan karena arus mengalir
menuju laut. Sungai dipeta tentative penggunaan lahan ditandai dengan garis
berwarna biru.
c. Lapangan
Pada
foto udara pankromatik hitam putih yang
diinterpretasi, terlihat kenampakan berupa lapangan dengan ditandai rona agak
cerah, tekstur halus, berbentuk persegi panjang, ukuran kecil, dan tampak
terdapat gawang. Selain itu posisi lapangan pada citra terletak diantara
pemukiman dan area persawahan. Lapangan dipeta tentative penggunaan lahan
ditandai dengan kode LAP.
d. Perguruan
Tinggi
Pada
foto udara pankromatik hitam putih yang diinterpretasi, terlihat kenampakan
berupa perguruan tinggi yang ditandai dengan adanya banyak bangunan dengan
posisi yang rapih dan sejajar. Perguruan tinggi memiliki rona yang agak cerah,
bentuk persegi dengan kotak-kotak didalamnya yang menandakan gedung, berukuran
sedang, serta tekstur agak kasar. Selain itu posisi perguruan tinggi pada citra
terletak diantara 2 pemukiman yang kemungkinan adalah pemukiman kota. Perguruan
tinggi dipeta tentative penggunaan lahan ditandai dengan kode PT.
e. Pemukiman
Pada
foto udara pankromatik hitam putih yang
diinterpretasi, daerah permukiman terlihat
kurang detail, namun tetap
dapat diinterpretasi, sebab berada di pinggir jalan dan
terletak di antara area
sawah. Permukiman kota juga nampak
berbentuk memanjang apabila terletak di sepanjang jalan dan sepanjang aliran
sungai. Namun, beberapa kenampakan permukiman kota berbentuk yang tidak teratur. Rona yang tampak untuk
pemukiman adalah agak cerah dengan tekstur kasar karena ukuran pemukiman yang
tidak sama atau pola yang menyebar. Pemukiman dipeta tentative penggunaan lahan
ditandai dengan kode PM.
f. Sekolah
Pada
foto udara pankromatik hitam putih yang diinterpretasi, terlihat kenampakan
berupa sekolah yang ditandai dengan adanya bangunan-bangunan dengan posisi yang
rapih dan sejajar membentuk huruf U atau leter U. Sekolah memiliki rona yang
agak cerah dengan tekstur agak kasar, dan ukuran kecil. Selain itu posisi
sekolah pada citra terletak diantara pemukiman yang kemungkinan adalah
pemukiman kota. Sekolah dipeta tentative penggunaan lahan ditandai dengan kode
SK.
g. Tambak
Garam
Pada
foto udara pankromatik hitam putih yang diinterpretasi, terlihat kenampakan
tambak garam yang ditandai dengan rona yang cerah karena banyak mengandung
endapan dan air yang sifatnya memantulkan secara maksimal. Selain itu bentuknya
yang kotak-kotak dan persegi dengan ukuran kecil-besar, bertekstur kasar, serta
berpola memusat di area bibir pantai atau tepi laut. Tambak garam dipeta
tentative penggunaan lahan ditandai dengan kode TG.
h. Keramba
Pada
foto udara pankromatik hitam putih yang diinterpretasi, terlihat kenampakan
berupa keramba yang ditandai dengan rona yang cerah karena banyak mengandung
endapan dan air yang sifatnya memantulkan secara maksimal. Selain itu bentuknya
yang kotak-kotak beraturan dengan titik point kecil yang diduga sebagai tempat
pengumpul ikan. Ukurannya yang besar, bertekstur kasar serta berpola memusat.
Keramba dipeta tentative pengguanaan lahan ditandai dengan kode KR.
i.
Lapangan Terbang
Pada
foto udara pankromatik hitam putih yang diinterpretasi, terlihat kenampakan
berupa lapangan terbang. Hal ini dapat dilihat dari adanya landasan pacu yang
berbentuk persegi panjang yang memanjang dengan terdapat garis putih dibagian
tengah lapangan terbang serta ukuran yang besar dan rona yang cerah. Selain itu
disisi gambar lapangan terbang terdapat lahan persawahan. Lapangan terbang
dipeta tentative penggunaan lahan ditandai dengan kode LT.
j.
Pabrik
Pada
foto udara pankromatik hitam putih yang diinterpretasi, terlihat kenampakan
berupa pabrik yang ditandai dengan gedung-gedung berbentuk memanjang dengan
rona yang terang karena diduga genting pabrik terbuat dari asbes atau alumunium
yang dapat memantulkan secara maksimal dengan tekstur kasar. Pabrik dipeta
tentative penggunaan lahan ditandai dengan kode PB.
k. Sawah
Pada
foto udara pankromatik hitam putih yang diinterpretasi, terlihat beberapa
kenampakan area vegetasi berupa sawah. Area sawah memiliki rona cerah agak
gelap dan gelap pada foto udara pankromatik. Selain itu, sawah juga dapat
didinterpretasi berdasarkan letaknya yang berada di sepanjang pinggir jalan dan
beberapa terletak di antara permukiman. Sawah ini berbentuk kotak-kotak,
memanjang, sampai tidak beraturan dengan ukuran yang besar dan tekstur yang
halus. Sawah dipeta tentative penggunaan lahan ditandai dengan kode SW.
Berikut Daftar Kunci Interpretasi yang Paling
Dominan
No
|
Jenis Objek
|
Kunci Interpretasi
|
1
|
Lapangan
|
Asosiasi:
Gawang
|
2
|
Perguruan
Tinggi
|
Situs:
diantara pemukiman (kota)
Asosiasi:
bangunan yang rapih dan luas
|
3
|
Pemukiman
|
Pola:
menyebar dan berkelompok
Situs:
Sepanjang pinggiran sungai, pinggiran jalan, dan berkelompok
|
4
|
Sekolah
|
Asosiasi:
bangunan rapih membentuk leter U
|
5
|
Tambak
Garam
|
Situs
dan Asosiasi: pinggir pantai
|
6
|
Keramba
|
Bentuk:
kotak-kotak
Asosiasi:
point pusat pengumpul ikan
|
7
|
Landasan
Terbang
|
Bentuk:
persegi panjang
Situs:
terdapat ditengah area persawahan
Assosiasi:
Garis lurus ditengah-tengah persegi panjang
|
8
|
Pabrik
|
Bentuk: persegi panjang
Asosiasi: Atap
gedung yang memanjang dan bangunan yang rapi
|
9
|
Sawah
|
Bentuk:
Persegi panjang, kotak-kotak, dan tak beraturan
Ukuran:
besar atau luas
Assosiasi:
Garis-garis tempat vegetasi tumbuh
Pola:
menyebar
|
10
|
Laut
|
Rona:
Sangat Cerah
Ukuran:
besar atau luas
Tekstur:
halus
|
H.
Kesimpulan
Dari
foto udara pankromatik mahasiswa mengetahui penutup dan penggunaan lahan menggunakan
unsur atau kunci interpretasi citra. Selain itu mahasiswa dapat melihat dan
menganalisis berbagai kenampakan berupa lahan
pertanian (vegetasi), pemukiman, sungai, jalan, lapangan, landasan terbang, dll
serta mengaplikasikannya dalam bentuk peta tentative.
I.
Daftar pustaka
Sutanto, 1986. Penginderaan Jauh. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Sutanto. 2013. Petunjuk Praktikum Penginderaan Jauh
Dasar. Geografi UGM Yogyakarta
Bambang Saeful Hadi. 2007. PANDUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH Edisi
Revisi I. Yogyakarta.
Kiefer T. M. dan Lillesand R. W., 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Gadjah Mada University Press. Bulaksumur, Yogyakarta.
Dony purnomo,2009. Unsur-insur
penginderaan jauh. http://masdony.wordpress.com/2009/04/19/unsur-unsur-iterpretasi-peinderaan-jauh/.(online).
Diakses pada tanggal 01 oktober 2014
http://www.oocities.org/yaslinus/citra.html. (online). Diakses pada
tanggal 08 september 2014